Rekoleksi dan Sakramen Tobat bagi Karyawan/karyawati KUM
"Sebagai makhluk yang terbatas, kita hendaknya secara jujur mengakui bahwa kita memang "anak-anak yang hilang" dan orang - orang berdosa. Sikap dan perbuatan anak bungsu dan anak sulung terdapat dalam diri kita juga. Marilah kita datang kepada Tuhan karena kita yakin bahwa pintu hati-Nya tetap terbuka bagi kita. Semoga kebaikan dan belaskasih-Nya itu menjadi dorongan dan pemicu bagi kita untuk membuka pintu hati kita bagi teman-teman di kantor dan di tempat kerja atau unit masing-masing dan bagi sesama, terutama mereka yang mengalami nasib seperti anak bungsu itu" demikian ajakan P Wiliam Djulei Conterius, Vikjen Keuskupan Maumere saat memberikan renungan tobat bagi 30an orang karyawan-karyawati yang mengabdi di unit-unit karya Keuskupan Maumere, Sabtu, 5 April 2014.
Dalam renungan tobat di Aula Keuskupan Maumere tersebut, P. Vikjen mengambil bacaan tentang kisah anak yang hilang. Pesan pesan penting diambil dari para tokoh dalam perumpamaan. Pertama, dari anak bungsu, anak yang hilang, nampak jelas bawah dalam hati anak bungsu yang sedang menderita itu masih ada keyakinan bahwa sekalipun ia telah berdosa, namun ayahnya masih bisa menerima dia kembali. Walaupun cinta dna kebebasan yang diberikan ayah kepadanya sudah disalahgunakannnya, namun ia masih tetap yakin bahwa ayah pasti akan memaafkan dan mengampuninya. Ia yakin bahwa pintu rumah dan pintu hati ayahnya masih tetap terbuka untuk menerima dia kembali. Kembalinya dia kepada ayah dan merasakan kebaikan ayah, tidak membuat dia buta untuk melihat kenyataan bahwa yang menolak kehadirannya di rumah bukan orang lain, tetapi justeru kakak dan saudaranya sendiri, yaitu anak sulung. Ia menyadari bahwa ia memiliki seorang kakak, seorang saudara yang jauh lebih keras dan tegas daripada ayahnya sendiri. Kalau ayahnya sudah menerimanya kembali dengan tangan terbuka, seolah-olah melupakan masa lalunya, dan bersedia mengampuninya, kakaknya justeru tampil sebagai hakim yang angkuh, yang siap memberi penilaian dan hukuman. "Karena itu, supaya kebahagiaan itu bisa dinikmati bersama, maka yang harus bertobat itu bukan hanya anak bungsu, tetapi yang terutama juga adalah anak sulung itu"tandas P. WIlhelm. Sedangkan dari sang Bapak, kita belajar keterbukaan pintu hatinya untuk menerima kedua anaknya. Dengan penuh kasih dan pengertian, Ia menerima dan mengampuni anak bungsu dan menyadarkan anak sulung agar bersedia menerima adiknya, anak hilang yang bertobat. Sikap bapak tersebut seakan membisikan pada telinga kita masing-masing" Lupakan semua masa lalu yang membawa derita, tinggalkan di belakang sikap yang tidak mendukung kegembiraan, kecurigaan dan kecemburuan, sikap keras kepala dan nafsu kedagingan. Kita harus berpesta dan bergembira. |
Dalam kesempatan tersebut, Bapak Uskup juga hadir, selain untuk memberikan Sakramen Tobat, tapi juga menjelaskan tentang hakekat pengakuan/sakramen tobat dan bagaimana mengaku dengan baik.
Pengakuan dosa, bukan sekedar "melapor" dosa, seperti laporan saat apel bendera. Pengakuan dosa harus dapat membuat hati kita lega, plong. "Plowar" dalam bahasa Sikka artinya mengungkapkan apa yang sesungguhnya menjadi beban dan menekan kita bila itu belum diungkapkan. Pengakuan harus merupakan saat "plowar" bagi kita, agar beban dosa yang selama ini menekan kita dapat dilepaskan. Pelayanan Sakramen tobat diberikan oleh Bapak Uskup Maumere, Rm Epy Rimo Pr, Rm. John Eo, Pr dan Rm Anton Sae. Kegiatan hari itu dirangkai dengan perayaan Ekaristi dan ditutup dengan acara santap siang bersama dalam suasana akrab penuh persaudaraan. |
Pelatihan bagi Fasilitator Pastoral Politik Keuskupan Maumere
“Tujuan utama pertemuan kita hari ini adalah membentuk wawasan, ketrampilan dan komitmen politik kita sebagai panggilan dan perwujudan iman” demikian P. Goris Sabon SVD, mewakili Ketua Biro Politik membuka kegiatan Training of Facilitator (TOF) bagi 46 umat utusan dari 24 paroki se keuskupan Maumere di Wisma Nazareth Nele, Sabtu, 29 Maret 2014.
Usai pembukaan yang sederhana, acara dilanjutkan dengan pembahasan materi. Sesi pertama mengenai Spiritualitas Kerasulan Politik dibawakan oleh Rm. Lorens Bate Ladja, Pr (Ketua Biro Politik) dan Bapak Agripinus Yoseph (anggota Biro Politik Keuskupan Maumere). Dalam sesi pertama ini, peserta mendalami dasar dan alasan mengapa Gereja Katolik terlibat dalam sosial politik, apa arti dan tujuan politik yang sesungguhnya dan meninjau kondisi dan realitas sosial politik saat ini, bertolak dari pengalaman Yesus dan sejarah Gereja dalam upaya memperjuangkan keadilan dan kesejahteraan umum (Bonum Comune). Dalam sesi kedua, peserta diajak untuk mendalami perbedaan peran dan tanggungjawab politik antara awam dan hirarki. “Keterlibatan dalam pengabdian rajawi Kristus seharusnya menjadi sumber/dasar utama keterlibatan awam dalam politik. Awam wajib saling membantu melalui kegiatan duniawi untuk hidup lebih suci, supaya dunia diresapi semangat Kristus, sehingga dunia mencapai tujuannya dalam keadilan, cinta kasih dan damai. Disinilah Awam memainkan peran dan tanggung jawab utamanya. Lewat kompetensi di bidangnya masing-masing awam wajib memberikan sumbangan yang andal, supaya hal-hal yang tercipta dikelola dengan kerja manusia, keahlian teknis, serta kebudayaan yang bermutu”tegas Rm Lorens. |
Selain dua sesi di atas, melalui ceramah, diskusi dan tanya jawab, para peserta juga diajak untuk mendalami kerasulan politik dan implementasinya (sesi ketiga), demokrasi dan pemilu (sesi keempat), problema perwakilan politik (sesi kelima), serta bagaimana menjadi fasilitator yang baik melalui pendekatan QUANTUM teaching.(sesi 6).
Pelaksanaan training ini lahir dari keprihatinan sinode I KUM atas situasi konkret umat yang sebagian besar belum kritis berpolitik. Salah satu dari 7 program strategis Keuskupan hasil Sinode I tersebut adalah pemberdayaan politik warga dengan tujuan agar semakin banyak warga memiliki pemahaman kritis tentang politik serta aparat yang peduli pada kesejahteraan rakyat. (AA) |
Pertemuan Penetapan Program dan Kegiatan Pastoral KUM
2014
Kuasi Paroki St. Fransiskus Xaverius Habibola diumumkan
Pengesahan Hasil Sinode I KUM
Sejak diangkat menjadi Uskup Keuskupan Maumere pada tanggal 19 Januari 2008 dan mulai berkarya di sini sejak 25 April 2008, saya melihat satu kebutuhan untuk mengembangkan pastoral Gereja yang lebih menjawabi situasi umat di Keuskupan ini. Dengan arah baru dan kegiatan-kegiatan pastoral yang lebih kontekstual diharapkan agar Gereja Keuskupan Maumere sungguh-sungguh menjadi tanda hidup dari kehadiran Allah yang membebaskan umatNya.
Setelah berdiskusi dengan para pastor dan berkonsultasi dengan pelbagai pihak, saya memutuskan agar dibuat Sinode Keuskupan Maumere lewat Surat Keputusan No. 22/ SK/ KUM/ 2012. Pada perayaan Pentekosta tanggal 27 Mei 2012 Sinode Keuskupan Maumere secara resmi dibuka dengan tema "Jadilah Saksi Kristus" berdasarkan inspirasi dari bacaan Injil pada saat itu (Yoh. 15: 26-27; 16: 12-15). Dalam surat Gembala untuk Sinode ini, saya menulis sebagai berikut: "Inilah undangan dan perintah Yesus sendiri, agar kita menjadi saksiNya bersama dengan Roh Kudus. Moga-moga dengan bimbingan Rohnya, Allah sendiri hadir dan membaharui Keuskupan kita. Tetapi adalah tugas kita juga untuk bahu membahu menjadikan Keuskupan ini semakin tanggap terhadap tantangan jaman. Karena itu, saya mengundang saudara-saudari semua seiman, para imam, biarawan/wati, dan umat sekalian untuk memikirkan dan memberi bentuk kepada Gereja Keuskupan kita, Gereja paroki dan komunitas basis sebagaimana dikehendaki oleh Yesus." Kalau kita memperhatikan seluruh perjalanan sinode selama lebih dari setahun ini, kiranya harapan yang saya sampaikan dalam surat gembala ini tidaklah sia-sia. Banyak orang telah mengambil bagian secara aktif dalam proses ini, dan Roh Allah sungguh memberikan semangat dan menyertai seluruh perjalanan sinode kita. |
Sinode ini digagas sebagai upaya bersama untuk mencermati situasi yang kita hadapi, kesediaan kita untuk mendengarkan kehendak Allah dalam situasi konkrit, dan tanggapan pastoral yang niscaya terhadap situasi kemasyarakatan dalam terang rencana Allah. Untuk maksud ini para pelayan pastoral, baik klerus maupun awam, dilatih untuk memfasilitasi proses sinode ini, mulai dari Komunitas-komunitas Basis Gerejawi sampai di tingkat Keuskupan. Sejumlah petugas dilatih untuk menangkap dan mendokumentasikan hasil proses dalam pelbagai tahap ini, yang kemudian diolah di Sekretariat Sinode. Untuk melengkapi hasil sinode komunitas, survei dan studi dokumen dijalankan. Rangkuman dari semuanya ini sudah kita lihat bersama dalam sinode tingkat Keuskupan pada tanggal 20-25 Oktober 2013.Selama lebih dari 1 tahun ini kita bergumul, di satu pihak dengan situasi kemasyarakatan di Keuskupan ini, dan dipihak lain dengan kehendak Allah. Kita mau menjadikan Gereja Keuskupan kita relevan dengan situasi kemasyarakatan di Kabupaten ini, dan pada saat yang sama kita berusaha untuk menjadi murid-murid yang setia. Dalam Sinode tingkat Keuskupan, kita bersama-sama telah menetapkan visi, misi, strategi, nilai-nilai, program dan kegiatan-kegiatan pada masing-masing program, serta bentuk organisasi pastoral yang kiranya membantu kita melaksanakan semua yang telah direncanankan. Tidak berlebihan kalau saya mengatakan bahwa hasil dari Sinode ini adalah berkat Allah dan kerja keras semua anggota komunitas Keuskupan ini. Pantaslah kita menyampikan syukur kepada Allah atas segala berkatnya, dan saling berterimakasih satu satu sama lain atas semua pengorbanan dan kerjasama ini. Sebagai Uskup, saya terikat pada pada KHK no 466, untuk menjadikan hasil proses bersama ini sebagai acuan bersama karya pastoral di Keuskupan ini. Sambil mengucapkan syukur kepada Allah, dan menyampaikan terima kasih yang tulus kepada rekan-rekan petugas pastoral dan umat semuanya, saya memutuskan:
Dengan berkat Allah Tritunggal Maha Kudus dan dengan bantuan Bunda Maria, kiranya apa yang telah kita rencanakan bersama, dapat kita jalankan dengan penuh iman dan pengabdian. Maumere, 24 November 2013 Pada Pesta Kristus Raja ttd † Gerulfus Kherubim Pareira, SVD Uskup Maumere |