Surat Gembala Pra Paskah 2014
Bekerja dan Belajar Sepanjang Hidup
Kerja adalah Panggilan dari Allah Umat sekalian, para imam, dan biarawan-biarawati yang saya kasihi APP – Aksi Puasa Pembangunan – adalah suatu gerakan pastoral nasional. Sebagai bagian dari suatu gerakan, tiap tahun Gereja Katolik Indonesia mendalami suatu tema APP yang sama. Tema Gerakan APP tahun 2014 adalah Bekerja dan Belajar Sepanjang Hidup. Pokok-pokok pikiran yang dikembangkan dalam tema ini menekankan tentang panggilan manusia sebagai mitra atau rekan kerja (co-creator) Allah. Selain itu, yang mendapat penekanan adalah nilai kerja manusia bagi dirinya sendiri dan bagi sesama manusia. Sebagai mitra atau rekan kerja tersebut, kita belajar. Sebagai suatu panggilan dari Allah, kita bekerja untuk memenuhi rezeki bagi hidup kita dan juga untuk melayani sesama yang dalam bahasa Injil disebut memberi makan, minum, pakaian, dan tumpangan (bdk. Mat 25:35-36). Kerja bukanlah kutukan yang harus diterima, bukan beban yang harus dipikul, tetapi adalah rahmat panggilan Allah. Dan panggilan ini memberdayakan kita sendiri dan orang lain. Iman Kristiani menegaskan bahwa manusia adalah citra Allah. Dengan akal budinya, manusia mampu mengenali dirinya sendiri. Dalam ada bersama dengan orang lain, ia berkembang. Tiap pribadi, bukan objek, tetapi subjek yang punya kebebasan untuk memilih apa yang baik bagi hidupnya. Dan ia bertanggungjawab atas pilihan itu. Manusia memiliki kemampuan untuk belajar secara terus-menerus untuk mengembangkan diri. Karena itu, kerja yang merupakan panggilan dari Allah itu semestinya menjadi suatu proses belajar yang kreatif dan inovatif seumur hidup. Sejalan dengan tujuan APP nasional tahun ini, kita menetapkan dua tujuan APP Keuskupan Maumere, yaitu: 1) Agar kita semakin menemukan jati diri dan martabat kita sebagai Gambar dan Rupa Allah dengan belajar sepanjang hidup melalui kerja yang kita lakukan. 2) Agar kita, melalui peran dan fungsi masing-masing dalam Gereja, secara optimal menjalankan kerja-kerja pelayanan pastoral yang sudah ditetapkan oleh Sinode Pertama Keuskupan kita. Mengenal Konteks, Menjawabi Kehendak Allah Umat sekalian, para imam, dan biarawan-biarawati yang terkasih Sebagai suatu gerakan pastoral, APP, dengan tema tahunan dan prioritasnya, dijalankan dalam kerangka lingkaran atau spiral pastoral, yaitu, melihat, menilai, dan mengambil tindakan pastoral. Ini berarti bahwa pertama-tama APP sebagai suatu gerakan pastoral harus bertolak dari kenyataan dan pengalaman umat dalam konteks ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Dalam kenyataan dan pengalaman manusiawi, kita berhubungan dengan sesama dan alam lingkungan dimana kita berada. Perjumpaan dan hubungan antar manusia yang satu dengan yang lain terjadi, antara lain, dalam keluarga-keluarga, KUB (Komunitas Umat Basis), dan lembaga-lembaga pendidikan. Tentu saja, kita juga berjumpa dan berhubungan dengan sesama dalam lembaga keuangan mikro yang menjadi perhatian khusus gerakan APP. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat. Dalamnya, anggota-anggotanya belajar untuk mengenal dan mencintai Allah. Dalam keluarga, anggota-anggotanya mengembangkan hubungan yang memperkaya satu dan yang lain. Juga keluarga adalah tempat untuk belajar dan mencintai kerja apa pun bentuknya. KUB (Komunitas Umat Basis ) sudah lama dikembangkan di wilayah kita. Sejatinya, ia adalah komunitas perjuangan dimana anggota-anggotanya berkumpul untuk bersama-sama membicarakan masalah hidup mereka, berdoa dan mendengarkan Sabda Allah, yang darinya mereka mendapatkan ilham dan kekuatan untuk menanggapi masalah yang mereka hadapi. Sekolah-sekolah pertama-tama adalah lembaga pendidikan dan pembentukan nilai-nilai hidup. Artinya, di sekolah-sekolah anak-anak tidak hanya belajar tentang ilmu pengetahuan tetapi terutama tentang nilai-nilai. Anak-anak semestinya belajar tentang hubungan yang benar dan adil dengan sesama, dengan alam lingkungan, dan dengan Allah sendiri. |
Sesama, apapun latar belakangnya, adalah pribadi-pribadi yang bermartabat yang harus dicintai, bukan musuh. Lingkungan alam adalah rumah untuk kita semua. Karena itu, mesti ada rasa hormat dan upaya-upaya pelestarian lingkungan yang dijalankan secara tetap. Allah adalah asal dan tujuan hidup kita. Berkaitan dengan lembaga keuangan mikro, kita perlu memberikan penekanan tentang pentingnya Credit Union atau Koperasi Kredit. Dua alasan ada di balik penekanan ini. Pertama, pengembangan perkoperasian untuk mengatur pendapatan dan tata kelola keuangan adalah salah satu keputusan Sinode Keuskupan kita. Kedua, ada pengalaman konkrit dimana pada hari-hari ini banyak umat kita terjebak pada iming-iming untuk mendapatkan uang dalam jumlah besar secara mendadak, tapi dalam kenyataannya mereka ditipu oleh lembaga keuangan mikro, seperti Mitra Tiara di Larantuka. Kejadian-kejadian seperti ini membawa dampak ekonomis dan sosial yang besar untuk banyak umat kita. Credit Union adalah lembaga keuangan yang sudah teruji dan sudah dikembangkan oleh Gereja di wilayah kita sejak akhir tahun 1960an. Lebih dari sekedar urusan teknis tata kelola keuangan, Credit Union adalah kumpulan atau komunitas orang-orang dan lembaga keuangan ini mempromosikan nilai-nilai utama kemanusiaan: Solidaritas atau setia kawan, swadaya, demokrasi, dan pendidikan. Sebagai bagian dari gerakan APP nasional, kita ditantang untuk mengembankan Credit Union di wilayah keuskupan kita. Tahap kedua dari spiral atau lingkaran pastoral tadi adalah menilai pengalaman manusia itu dalam terang Sabda Allah. Kita mencari kehendak Allah atas pengalaman tertentu yang dialami oleh manusia melalui doa, ibadah, dan terlebih refleksi dan syering Kitab Suci. Kita yakin bahwa Allah hadir dalam peristiwa-peristiwa hidup yang kita alami. Karena itu, pertanyaan penting pada tahap ini adalah apa kehendak Allah dalam situasi atau masalah yang kita hadapi? Dan pada tahap ketiga, sebagai mitra kerja Allah, kita mengambil tindakan atau tanggapan pastoral yang konkrit atas masalah yang kita hadapi. Proses atau cara kerja pastoral yang kreatif di atas sudah digunakan dan dikembangkan dalam persiapan-persiapan dan pelaksanaan Sinode Pertama Keuskupan kita yang berproses dari KUB, Stasi dan Paroki. Saya berharap bahwa, demi terciptanya Visi Keuskupan kita yaitu Umat yang Beriman, Sejahtera, Solider, dan Membebaskan dalam terang Sabda Allah, cara kerja pastoral tersebut dijalankan secara partisipatif dan dikembangkan secara kreatif oleh semua umat dalam situasi hidup yang nyata dimana saja. Karena itu pemberdayaan Pelayan Pastoral dan KUB nya yang telah menjadi pilihan strategis dalam Sinode Keuskupan kita hendaknya dilaksanakan secara terencana di seluruh wilayah Keuskupan ini. Kita yakin bila para Pelayan Pastoral dan KUB nya diberdayakan secara terus menerus maka segala masalah apapun yang dialami termasuk di bidang PSE akan dapat diatasi. Mereka akan rajin bekerja dan terus belajar sepanjang hidup. Melalui Kerja Kita Memuliakan Allah Umat sekalian, para imam, dan biarawan-biarawati yang terkasih Kita menegaskan keyakinan iman bahwa melalui kerja yang adalah panggilan, kita mengabdi dan memuliakan Allah. Untuk semakin menemukan kerja sebagai cara dan sarana mengabdi Allah, manusia butuh belajar terus menerus sepanjang hidupnya. Dengan belajar, manusia bisa saling berbagi nilai-nilai kehidupan satu sama lain, dan mengarahkan hidupnya untuk mencapai kesempurnaan yang diarahkan oleh nilai-nilai Sabda Allah. Akhirnya, selamat menjalankan masa Prapaskah. Semoga doa, pantang, puasa, dan amal kasih yang kita hayati sungguh mengungkapkan tobat yang menghantar kita untuk merayakan Paskah, Perayaan Kebangkitan Kristus, dengan gembira. Maumere, 27 Februari 2014 Doa dan Berkatku Uskupmu + Gerulfus Kherubim Pareira, SVD |
Surat Gembala Adven 2013
Para imam, biarawan/wati, umat beriman sekalian terkasih
Gereja katolik sejagat, kini memasuki masa persiapan Natal, hari kelahiran Sang Juru Selamat dunia. Tradisi Gereja Katolik menyebut masa ini sebagai masa adven atau adventus yang berarti penantian. Masa adven merupakan masa di mana kita sebagai anggota Gereja Katolik merefleksikan kembali saat penantian umat Israel akan janji kedatangan Mesias, Sang Juru Selamat dunia. Berabad-abad lamanya janji itu dinantikan dan terpenuhi dalam diri Tuhan kita Yesus Kristus yang telah lahir ke dunia 2000 lebih tahun yang lalu. Abad-abad penantian bangsa Isarel yang panjang itu, menjadi kekayaan permenungan Gereja sepanjang masa. Setiap tahun menjelang perayaan Natal gereja memasuki masa Adven sebagai masa penuh rahmat untuk merenungkan kembali sejarah penyelamatan umat Israel itu sambil menghadirkan pula pengalaman Gereja yang nyata dewasa ini. Sebagaimana Israel, Gereja menanti kedatangan Sang Juru Selamat yang membawa cahaya keselamatan di tengah pergulatan hidup yang konkret. Inkarnasi: Saatnya Tuhan Datang Para imam, biarawan/wati, umat beriman sekalian terkasih Sejarah Israel ternyata tidak segemerlap martabatnya sebagai bangsa terpilih. Selama jatuh ke tangan penjajah Romawi, Israel mengalami keterpurukan politik yang sangat memprihatinkan. Kedaulatannya sebagai sebuah bangsa dirampok. Israel menjadi bangsa yang kehilangan kemerdekaan untuk merumuskan visi atau cita-cita kebangsaan dan kehilangan kebebasan untuk mengekspresikan hak-haknya. Penindasan dan ketidakadilan mengakibatkan banyak warga hidup dalam penderitaan serta kesengsaraan di bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya yang berkepanjangan. Di tengah situasi khaos seperti inilah maka kedatangan Tuhan sungguh dinantikan. Nabi Yesaya melukiskan masa penantian itu dalam desah kerinduan, “kembalilah ya Tuhan oleh karena hamba-hambaMu, oleh karena suku-suku milik kepunyaanMu! Koyakkan langit dan turunlah, sehingga gunung-gunung goyang di hadapanMu. Ya Tuhan Engkaulah bapa kami!” (Yes. 63:17, 64:1) Kata-kata Yesaya ini menggambarkan Allah sebagai Tuhan yang terlampau agung dan jauh; tak terjangkau oleh sejarah Israel yang berlumuran dosa dan penderitaan. Berabad-abad lamanya Allah yang tak terjangkau dirindukan umat Israel dari generasi ke generasi. Mereka menantikan kedatangan jaman baru. Jaman kelepasan dari belengu politik, ekonomi, sosial dan budaya. Jaman yang ditandai kemerdekaan mengekspresikan hak-hak politik, keadilan ekonomi dan mekarnya keselarasan sosial. Dan Allah mendengarkan jeritan penderitaan umat Israel itu. Melalui kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus Sang Juru Selamat dunia, Allah melawati umatNya. Melalui Yesus yang lahir secara sederhana, Allah dengan sengaja masuk ke dalam sejarah umat manusia untuk sendiri menginspirasikan perubahan. Inilah sesungguhnya makna inkarnasi. Allah dengan sengaja memilih rupa manusia yang hina dan lemah, untuk mengangkat manusia kepada martabatnya yang mulia. Dengan begitu benarlah apa yang disampaikan oleh Rasul Paulus “Dia yang tidak berdosa membuat diriNya seolah-olah berdosa untuk mengangkat kita dari dosa dan kelemahan” (2 Kor. 5:21) Yesus hadir dalam rupa manusia agar dunia memiliki Allah yang dekat, Allah yang nyata, Allah yang kelihatan. Melalui peristiwa kelahiran Yesus, Allah yang tak kelihatan memperlihatkan diri, Allah yang tak dikenal memperkenalkan diri, Allah yang tersembunyi menjadi Allah yang dengan kakiNya sendiri menelusuri lorong kehidupan dan dengan tanganNya sendiri mengerjakan keselamatan. Dengan setia Yesus mengemban misi perutusanNya demi visi tunggal yaitu terciptanya Kerajaan Damai. Suatu kerajaan di mana semua makhluk hidup mengalami damai dan keadilan sebagaimana dilukiskan oleh nabi Yesaya, “serigala akan tinggal bersama domba dan macan tutul akan berbaring di samping kambing. Anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama-sama, dan seorang anak kecil akan menggiringnya. Lembu dan beruang akan sama-sama makan rumput dan anaknya akan sama-sama berbaring, sedang singa akan makan jerami seperti lembu. Anak yang menyusu akan bermain-main dekat liang ular tedung dan anak yang cerai susu akan mengulurkan tangannya ke sarang ular beludak. Tidak ada yang akan berbuat jahat atau yang berlaku busuk di seluruh gunungKu yang kudus” (Yes. 11:6-9). Adven dan Penantian Umat Keuskupan Maumere Para imam, biarawan/wati, umat beriman sekalian terkasih Adven tahun ini kita rayakan, persis ketika kita baru saja menyelesaikan Sinode Pertama Keuskupan Maumere. Sepanjang satu setengah tahun kita telah ”berjalan bersama” dalam perjumpaan-perjumpaan persaudaraan melalui sinode dari tingkat KUB, stasi, paroki hingga berpuncak pada sinode keuskupan. Sebagai uskup, saya bangga dan merasa perlu menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada seluruh umat yang dengan caranya masing-masing telah terlibat dalam seluruh proses sinode. Saya amat yakin, seluruh proses sinode telah membawa umat memasuki suatu ”ruang kesadaran bersama” tentang situasi konkrit Keuskupan kita dalam seluruh aspeknya. Setelah delapan tahun ”berjalan bersama” sebagai umat Tuhan dari sebuah keuskupan baru, kita memang perlu memasang lensa untuk memotret wajah keuskupan kita. Dan Sinode I keuskupan Maumere yang telah kita laksanakan itu adalah lensanya. Melalui peristiwa sinode, seperti umat Israel, kita menatap potret buram ziarah hidup kita sebagai umat Tuhan. Pada awal masa adven ini, saya ingin mengajak umat sekalian untuk sekali lagi memandang potret buram keuskupan kita yang telah kita temukan bersama sepanjang hari-hari sinode itu agar kita semakin insaf bahwa adven kita adalah sebuah penantian iman yang penuh rahmat atas kedatangan Yesus Sang Juru Selamat Dunia, Pembawa Damai dan Sukacita. Di bidang ekonomi, pendapatan banyak keluarga masih rendah karena disebabkan secara langsung oleh kemampuan dan ketrampilan wira usaha yang rendah, upah rendah bagi yang bekerja di sektor jasa, posisi tawar petani yang lemah dan pemerintah belum secara sistematik mengembangkan ekonomi warga. Selain itu banyak keluarga sulit mendapatkan air bersih karena manajemen air pada tingkat komunitas belum beres dan pemerintah masih lemah dalam kebijakan pelayanan air bersih. |
Di bidang politik, banyak warga belum memiliki kesadaran kritis tentang politik. Sebabnya adalah kurang adanya pendidikan kritis tentang politik bagi warga baik oleh Parpol, LSM dan Ormas; selain itu karya Gereja khususnya Komisi Kerasulan Awam belum fokus pada pendidikan politik umat. Selain itu dikatakan bahwa banyak aparat Negara kita kurang peduli terhadap kesejahteraan rakyat. Penyebabnya adalah lemahnya kontrol rakyat terhadap penyelenggaraan pemerintahan serta masih ada budaya korupsi, kolusi, nepotisme (KKN) pada penyelenggara negara.
Di bidang budaya, banyak warga masih suka berpesta pora. Sebab kuncinya adalah lemahnya penegakan peraturan tentang ketertiban umum dalam urusan pesta, sementara masyarakat sendiri kurang berorientasi pada ekonomi demi kesejahteraan. Masalah lain adalah penanaman nilai-nilai Kristiani dalam keluarga masih lemah, penyebabnya adalah kurangnya pendampingan yang bermutu bagi pasangan pra nikah dan pasca nikah. Selanjutnya, Kekerasan Dalam Rumah Tangga [KDRT] merupakan masalah serius di bidang relasi sosial. Masalah ini dipicu oleh kenyataan bahwa sebagian besar keluarga dibentuk tanpa persiapan yang matang dan pendampingan pasca nikah masih kurang diperhatikan. Solidaritas antar warga masih lemah juga merupakan masalah pokok bidang sosial yang disebabkan oleh kuatnya kecenderungan masyarakat untuk lebih mementingkan diri sendiri dan kelompok. Masalah pokok di bidang Gereja ialah kualitas (wawasan, ketrampilan dan komitmen) para petugas pastoral kita masih lemah. Sebabnya adalah kurang adanya pendampingan pastoral yang berkelanjutan dan kurang adanya motivasi serta usaha para petugas pastoral kita untuk belajar berpastoral. Persoalan serius lain di bidang Gereja adalah kenyataan bahwa orang muda pria dan wanita serta bapak-bapak kurang terlibat dalam kegiatan gereja. Orientasi pastoral gereja yang kurang seimbang antara kegiatan peribadatan dan perjuangan kemasyarakatan ditengarai sebagai penyebab langsungnya. Seluruh persoalan ini sesungguhnya bersumber oleh akar yang sangat mendasar yaitu orientasi Gereja Keuskupan kita dan karya pastoralnya selama ini belum sungguh-sungguh mengintgrasikan ibadat dan perjuangan kemasyarakatan, belum adanya pemberdayaan umat dan warga pada pelbagai aspek kehidupan serta kehadiran Struktur kemasyarakatan yang menindas. Sebuah gereja lokal berusia delapan tahun dengan jumlah umat Katolik 282.756 jiwa, 56.845 KK yang tersebar di 35 paroki, 2780 KUB, banyak warganya berpendapatan rendah, bahkan air minum pun sulit diakses tetapi cenderung berpesta pora dan tidak terlibat dalam kegiatan Gereja; keluarga berantakan akibat maraknya KDRT, lemahnya pendidikan nilai; tidak memiliki pemahaman politik kritis berhadapan dengan negara yang tidak peduli, sementara kualitas petugas pastoralnya lemah. Inilah potret buram Gereja lokal Keuskupan kita saat ini. Bersama Juru Selamat, Menjadikan Keuskupan Maumere Kerajaan Damai Para imam, biarawan/wati, umat beriman terkasih, Seperti Israel kita menantikan Yesus Sang Juru Selamat. Ia telah datang lebih dari 2000 tahun yang lampau dan akan senantiasa datang karena Dia adalah Allah yang akbar sekaligus akrab; Allah yang memilih inkarnasi sebagai jalan keselamatan. Melalui Surat Gembala Adven ini, saya ingin membesarkan hati umat sekalian bahwa persis karena kita telah memasuki ”ruang kesadaran bersama” akan pergulatan-pergulatan pastoral yang konkrit, dan membangun tekad untuk melepaskan diri dari rupa-rupa belenggu; maka adven kita bukanlah sebuah penantian kosong. Adven kita sesungguhnya adalah sebuah perayaan iman yang hidup, oleh karena itikad baik yang kita tunjukkan untuk berkarya bersama Sang Juru Selamat menciptakan kerajaan damai di bumi, secara khusus di keuskupan Maumere ini. Kita harus selalu percaya bahwa Allah terus bekerja untuk membangun kerajaanNya di bumi. Sebuah Kerajaan yang terbuka bagi semua. Sebuah kerajaan yang menjawab semua impian, impian akan kasih, kebenaran, keadilan, pengampunan dan damai sejahtera. Visi “Menuju Keuskupan Maumere yang Beriman, Sejahtera, Solider dan Membebaskan dalam Terang Sabda Allah” adalah kobaran spirit sinode yang akan selalu menyemangati kita dalam “perjalanan bersama” mengemban 7 misi sinode yakni: pemberdayaan pelayan pastoral, pemberdayaan keluarga-keluarga Katolik, pemberdayaan ekonomi umat, pengembangan pastoral politik, pengembangan solidaritas sosial, pengembangan ketahanan warga berhadapan dengan budaya umum yang berorientasi kepada kesenangan dan pesta pora serta misi pemberdayaan organisasi pastoral. Berkenaan dengan ini, pada hari raya Kristus Raja yang juga pesta pelindung Keuskupan Maumere, saya telah mempromulgasikan atau mengesahkan seluruh hasil sinode berupa 200 kegiatan pastoral 5 tahun kedepan; yang termuat dalam dokumen Rencana Strategis Pastoral Keuskupan Maumere 2014-2018 Mencipatakan Kerajaan Damai dan Sukacita pasti bukan tanpa tantangan. Karena itu saya mengajak para imam, biarawan/wati, para pelayan pastoral mulai dari pengurus KUB hingga Keuskupan untuk bersama seluruh umat, mari kita bersatu hati bekerjasama membangun keuskupan kita. Saya juga mengajak pemerintah Kabupaten Sikka, para wakil rakyat, lembaga-lembaga pemberdayaan masyarakat dan semua orang yang berkehendak baik; mari membangun sinergi untuk menciptakan kehidupan bersama yang lebih baik, lebih adil dan sejahtera di bumi nian Sikka ini. Kita adalah rekan kerja Allah, yang bertanggungjawab atas tugas penaburan benih-benih Kerajaan Allah di tempat ini. Kita lupa bahwa bukan kita melainkan Tuhan; bukan tangan kita, melainkan tangan Tuhan sendirilah yang mengerjakan semuanya. “Jika bukan Tuhan yang membangun, sia-sialah para pembangun bekerja” (Mzm. 127:1). Tuhan ingin memakai kita sebagai alat di tanganNya. Tuhan ingin agar tangan kita mengambil bagian dalam tanganNya, untuk bersama Dia mengerjakan keselamatan. Selamat menjalani masa adven. Maumere, 1 Desember 2013 Pada Hari Minggu Adven Pertama Salam dan berkatku, + Gerulfus Kherubim Pareira, SVD Uskup Maumere |